Sabtu, 25 Juni 2011

Puisi untuk Ibu Sepanjang Hayat


Mama
Oleh : WS Rendra

Engkau adalah bumi, Mama
aku adalah angin yang kembara

Engkau adalah kesuburan
atau restu atau kerbau bantaian.

Kuciumi wajahmu wangi kopi
dan juga kuinjaki sambil pergi
kerna wajah bunda adalah bumi
Cinta dan korban tak bisa dibagi.


Bunda
Oleh : Abdurahman Faiz

bunda hanya sedikit mengarang puisi untukku
tapi semakin lama kuamati
senyuman bunda adalah puisi
tatapan bunda adalah puisi
teguran bunda adalah puisi
belaian dan doanya adalah puisi cinta
yang disampaikannya padaku
tak putus putus
tak putus putus

bahkan bila kutidur


Selembar Puisi Untukmu Ibu

Dentang nafasmu menyeruak hari hingga senja
Tak ada lelah menggores diwajah ayumu
Tak ada sesal kala semua harus kau lalui
Langkah itu terus berjalan untuk kami
Dua bidadari kecilmu...

Desah mimpimu berlari
mengejar bintang
Berharap kami menjadi mutiara terindahmu
Dalam semua peran yang kau mainkan di bumi
Ini peran terbaikmu

Dalam lelah kau rangkai kata bijak untuk kami
Mengurai senyum disetiap perjalanan kami
Mendera doa disetiap detik nafas kami
Ibu... kau berlian dihati kami

Relung hatimu begitu indah
Hingga kami tak sanggup menggapai dalamnya
Derai air matamu menguntai sebuah harap
Di setiap sholat malammu

Ibu...
Kami hanya ingin menjadi sebuah impian untukmu
Membopong semua mimpimu dalam pundak kami

Ibu...
Jangan benci kami
jika kami membuatmu menangis.

(toppuisi.blogspot.com)


Ibu
Oleh : Iqbal

Ibu!
Kelunak lembutanmu yang bersih
Merupakan rahmat bagi kami.

Engkau,
Merupakan kekuatan
Dan benteng agama.

Wahai,
Orang yang menghentikan
Penyusuan,
Anak dalam kalangan kami
Berdasarkan tauhid,
Kasih sayangmu memberi nilai
Kemampuan kami, memberi warna
Amal dan fikiran kami.

Wahai, pemangku amanah
Berdasarkan syair nyata,
Di dalam nafasmu
Terletak kehidupan agama
Berhati-hatilah melalui zaman,
Bimbing eratlah anak-anakmu.

( www.anneahira.com )


Sajak Segalanya Padamu Ibunda
Oleh : Dharmawijaya

Masa silam yang terpendam
di suram matamu
merantai badai beban waktu
kutahu
kau masih berupaya
meniduri hamparan duka.

Masa kini yang terukir
di senyum ramahmu
mendepani gementar siang gelisah malam
kutahu
kau adalah ladang segala kesabaran
tegak teguh merimbuni pohon ketabahan.

Masa depan yang terpancar
di nyala dadamu
kutahu
kau tak rela daun-daun harapan
gugur luruh menampar genggaman.

(Dewan Sastera, Oktober, 1979)


Pulanglah Ibu
oleh: Laili Nurul H.

Tubuhmu kaku,
matamu kaku,
mulutmu membisu
napasmu terhenti sudah

Aku tahu
ibu telah pergi ke alam sana
yang tak pernah ada dalam bayanganku,
juga ku dengar bisikan

Oh ibu
tak lama ibu telah terkubur ditanah merah
hanya sendiri
dukaku ibu pasti tau menjalar sekujur tubuh
biarlah ibu pulanglah dengan tenang


Puisi Seorang Anak untuk Ibu
Oleh : Mayank Ponimiring II

Aku berangkat sekarang untuk membantai lawan—
Untuk berjuang dalam pertempuran.
Aku berangkat, Bu, dengarlah aku pergi
Doakanlah agar aku berhasil.

Sayapku sudah tumbuh, aku ingin terbang.
Merebut kemenangan di mana pun adanya.
Aku akan pergi, Bu, janganlah menangis—
Biar kucari jalanku sendiri.

Aku ingin melihat, menyentuh, dan mendengar
Meskipun ada bahaya, ada rasa takut.
Aku akan tersenyum dan menghapus air mata—
Biar kuutarakan pikiranku.

Aku pergi mencari duniaku, cita-citaku
Memahat tempatku, menjahit kainku
Ingatlah, saat aku melayari sungaiku—
Aku mencintaimu, di sepanjang jalanku.

(bibirmerahmembabibuta@yahoo.com)


Puisi Untuk IBU
Oleh : soebaidi

besar pengorbanan yg Engkau berikan
tak satu’pun langkah’mu yg tak berarti di hidupku
kau keluarkan semua tenaga’mu untuk melahirkan’ku
meski semua yg terbaik telah ku berikan pada’mu
itu semua tak akan bisa menggantikan semua

secoret kata ini, kutuliskan
betapa besar pengorbanan’mu untuk anak’mu
kini aku bisa memahami,
betapa berartinya diri’mu di dunia’ku

tak mampu aku membalas semua pengorbanan’mu
hanya menghormati dan memberi yg terbaik untuk’mu
meski tak besar,

aku terus berusaha untuk bisa membuat diri’mu tersenyum melihat anak’mu

IBU terimakasih, kasih dan pengorbanan’mu akan terus aku ingat.

(www.gudangpuisi.com)


Ibu
Oleh :  Bintang

Ibu …….
Kau begitu cantik, pesona mu anggun
Setia mu tiada tara

Nafas mu ada dalam diri ku
Detak jantung mu menyatu dalam sanubariku
Belaian mu lembut bagaikan sutra
Kesetian mu tiada tergantikan

Engkau selalu penuhi harapan ku
Cahaya hidup mu terang untuk ku
Pelita mu menyala bagi ku
Kehadiran mu memberikan semangat bagi ku

Ku rindu kasih dan belaian mu
Ingin ku gapai dalam pelukku
Kau hadir dalam setiap angan ku
Walupun tak dapat ku genggam

Cahaya kasih mu selalu kurindukan
Bantu aku dan berikan ketegaran dalam hidup ku selalu

(www.puisiku.net)


Kenanglah (Untuk Ibu)
Oleh : Bambang Purnomo Sigit

“apa yang bisa kita berikan padanya… kecuali rasa pedih dihatinya karena angkara kita
“Kenanglah … waktu kecil, kau dibuai oleh ibu…
Kenanglah hangat kasih sayang sang ibu…
Kala sedih menerpa…maka dia ada di sisimu…
Kala bahagia menerpa … iapun ikut bahagia…

Saat balita telah lewat…
Saat remaja telah beranjak…
Saat dewasapun kini berjalan…
Apakah tak kau rindukan saat dia selalu di sisimu?

Berapa banyak kasih yang telah kita tebar…
Sebagai balas akan kasih sayangnya?
Tiada seujung kuku hitampun tertebus…
Bagai sepenggalah mentari di langit biru…

Berapa banyak jasa beliau?
Berapa banyak siksa kita padanya?

Cobalah kita bersama hentikan sesaat
Segala aktifitas yang sedang kita kerjakan.

Kenanglah wajah lembut ibumu…
Bahkan lengkap dengan kerut lelah

Dibawah kelopak matanya…
Kenang…dan kenang hingga
Hilang semua bayangan maya…
Berganti sosok sang ibu
Di depan kita…..

Kemudian tariklah nafas dalam-dalam…
Hembuskan secara pelan…
Tarik lagi…dan…hembuskan…
Lakukanlah itu dengan penuh perasaan…
Seraya…tetap kau pandang…
Wajah lembut ibumu…
Walau itu hanya dalam khayal…

Rasakan denyut lembut jantungmu…
rasakan pula desir darahmu…
yang mengalir di segenap pembuluhmu…

Saat ini pula … cobalah… dan…
Terus cobalah mengenang segala
Masa lindungan sang ibu….
Dan kenanglah pula…
Segala dosa yang t’lah kita perbuat padanya…

Katakanlah dalam hatimu terus berulang
Ibu…ataukah… mama… ataukah mami..
Ataukah apa sajalah…asalkan kian mengakrabkan
antara dirimu dengan dirinya.

Lalkukan… dan terus lakukan…
Jangan kau perdulikan semua kesibukan…
Yang ada di kiri kanan
Sekarang yang ada hanya …
kau dan bayang ibumu…

Perlahan… rasakan gejolakmu
Yang kian terasa di dalam hati…
Perlahan pula ….
Pejamkanlah matamu…
Tuk terus kenang ibumu…..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar